Senin, 09 Juli 2012

Laporan PKL


I.  PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Ikan mas sangat populer diberbagai kalangan masyarakat Indonesia. sebahagian besar masyarakat sudah mengenalnya. Ikan mas termasuk salah satu komoditi perikanan air tawar yang berkembang sangat pesat setiap tahun. Ikan mas disukai karena rasa dagingnya yang enak, gurih, serta mengandung protein yang cukup tinggi.
Ikan mas (cyprinus carpio) merupakan salah satu komoditas tertua yang sudah banyak dibudidayakan masyarakat. Berbagai teknologi pembenihan dan pembesaran sudah dilakukan dan diterapkan baik secara nonintensif maupun intensif.
Aktifitas perikanan budidaya adalah proses pembenihan. Pembenihan mata rantai awal kegiatan budidaya berperan penting dalam menjamin keberlangsungan kegiatan berikutnya, yaitu pembesaran. Kegiatan pembenihan yang baik akan menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas baik. Benih ikan yang  berkualitas baik, menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap serangan penyakit, merupakan suatu kebutuhan mutlak harus disediakan. Penyedian benih bermutu merupakan salah satu kebutuhan utama dalam meningkatkan produktivitas usaha budidaya ikan air tawar.
Usaha pembenihan merupakan ujung tombak keberhasilan usaha budidaya ikan air tawar. Usaha pembenihan dapat mensuplay benih terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap musim pemeliharaan. Teknik pemijahan beberapa jenis ikan asli Indonesia telah banyak berkembang dan banyak pula diminati masyarakatnya dibandingkan dengan ikan-ikan introduksi.
Pemijahan salah satu kegiatan produksi benih untuk keberlangsungan kegiatan berikutnya, mengingat perkembangan di alam mulai mengurang akibat penangkapan yang berlebihan, maka dari itu perlu dilakukan pelestarian atau budidaya.
Pemijahan ikan mas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi buatan (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad selanjutnya dipijahkan secara alami di bak / wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang selanjutnya dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang selanjutnya dipijahkan secara buatan.
Pemijahan ikan mas semi buatan yaitu pemijahan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alami di kolam atau bak.
Kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan yang akan dilakukan Di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD – BAT) Jantho Baru Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Di pilih lokasi UPTD – BAT Jantho Baru, karena ikan mas rajadanu di Desa Jantho Baru dan sekitaran Aceh Besar sudah berkembang dengan baik, sehingga diharapkan dapat menambah ilmu tentang semi buatan serta tehnologi yang berkembang didaerah tersebut.  

1.2.      Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan praktek kerja lapangan adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan kerja di lapangan serta gambaran secara langsung di lapangan, khususnya mengenai Teknik Pemijahan Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio) Secara Semi Buatan, dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah, dan kenyataan di lapangan.

1.3.      Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat praktek kerja lapang adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di lapangan serta memahami permasalahan yang timbul dalam Teknik Pemijahan Ikan Mas Rajadanu Secara Semi Buatan sehingga diharapkan akan dapat melakukan pemijahan ikan mas rajadanu dengan baik, serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan juga dapat menambah informasi lebih lanjut tentang ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio).
Manfaat lainnya adalah untuk mengembangkan dan melestarikan budidaya ikan mas rajadanu pada masyarakat secara luas. Dengan adanya praktek kerja lapangan, selain untuk meningkatkan pengetahun dan keterampilan dilapangan juga bisa merubah sikap dan prilaku yang tidak baik kearah yang lebih baik dan menjurus, dan dapat memahami prinsip pembenihan di UPTD-BAT Jantho Baru – Kota Jantoh Kabupaten Aceh Besar  Provinsi Aceh.





























II.  TINJAUAN PUSTAKA


2.1.      Biologi Ikan Mas Rajadanu
2.1.1  Klasifikasi
Klasifikasi ikan mas rajadanu adalah sebagai berikut: Filum : Chordata, Subfilum : Vertebrata, Superkelas : Pisces, Kelas : Osteichthyes, Subkelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Subordo : Cyprinoidae, Famili : Cyprinidae, Subfamili : Cyprininae, Genus : Cyprinus, Spesies : Cyprinus carpio, Nama Asing  : Common carp, Nama Lokal  : Ikan Mas (Ras /Strain Rajadanu). (Susanto, 1999).















Gambar  1  Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus Carpio).

2.1.2  Ciri Morfologis
Bentuk tubuh ikan mas rajadanu mempunyai bentuk badan yang memanjang dengan perbandingan panjang total dan tinggi badan adalah 3.5 : 1.
Mulutnya terletak dibagaian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas rajadanu ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. Sisik penuh dan berukuran normal, punggungnya berwarna abu – abu serta pangkal sirip perutnya berwarna kuning kemerahan, tidak seperti ikan mas strain lainnya. Ikan mas rajadanu lebih kuat dalam menghadapi serangan ektaparasit dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri aeromonas hydrophila. (SNI, 1999).
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh strain ini adalah laju pertumbuhannya lebih cepat, daya tahannya terhadap penyakit lebih tinggi, presentase keberhasilan telur menetasnya lebih besar dan masa hidupnya lebih lama. (Rochdianto, 2005).

2.2.      Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini hidup dengan baik didaerah dengan ketinggian 150 – 600 meter diatas permukaan air laut dengan suhu air 25 – 300 C.
Ikan mas tergolong ikan omnivora (pemakan berbagai jenis makanan). Makanannya antaara lain tumbuhan air dan binatang renik. Namun makanan utamanya adalah tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan dan di tepi perairan  tempat hidupnya. (Rochdianto, 2005).
Di alam aslinya ikan mas hidup di perairan sungai, danau maupun genangan air lainnya yang berada pada ketinggian 150-600m dpl, dengan suhu air berkisar 20 derajat sampai 25 derajat celcius. Ikan mas sering juga ditemukan di bagian muara sungai yang airnya agak asin (salinitas payau). Ikan Mas termasuk hewan Omnnivora atau pemakan segala sehingga di alam makanan Ikan mas berupa daun-daunan, lumut, serangga, cacing dan lain sebagainya. Pada model budidaya ikan mas lingkungan pemeliharaan dibuat menyerupai alam aslinya. (Efendi, 2004).
Model budi daya ikan mas bisa dipelihara dalam Kantong Jaring Apung, Kolam air deras, kolam tanah, kolam beton dan lain-lain tergantung ketersediaan lokasi. Makanan dalam budi daya ikan mas juga bermacam-macam mulai dari pemberian pakan alami sampai pemberian pakan buatan. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas air pada media untuk budi daya ikan mas seperti PH air yang harus berada pada kisaran 7-8, kandungan oksigen terlarut yang cukup dan bebas dari kandungan zat kimia berbahaya. (Efendi, 2004).
2.3.      Perkembangbiakan
Pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di alam ikan mas biasa memijah pada awal musim penghujan, saat muncul rangsangan dari aroma tanah kering yang kemudian tergenang air. Secara alami, proses pemijahan terjadi pada tengah malam sampai menjelang pagi hari. Menjelang memijah induk-induk ikan mas menjadi aktif mencari tempat yang rimbun dengan tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Subtrat berupa tanaman air atau rerumputan inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai lokasi memijah dan menempelkan telur yang dihasilkan. (Susanto, 1999).
 Telur ikan mas berbentuk bulat dan berwarna bening. Ukurannya bervariasi, tergantung umur serta ukuran dan bobot induk. Namun, secara umum diameter telur mencapai 1,5 -1,8 mm dengan berat 0,17 – 0,20 mg. Dalam 2 -3 hari, telur-telur ikan mas akan menetas dan tumbuh menjadi larva berukuran 0,5-0,6 mm dengan berat 18-20 mg. Larva-larva ini memiliki kantong kuning telur sebagai cadangan makanan, yang akan habis dalam 2 – 4 hari, larva ikan mas bersifat menempel di subtrat dan bergerak vertikal. (Cahyono, 2001).
Setelah 4 – 5 hari, larva-larva tersebut akan berubah menjadi kebul. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan pakan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan tambahan yang dapat diberikan terutama zooplankton seperti rotivera, moina, dan daphnia. Dosis perharinya 60 – 70 % dari total beratnya.
Setelah 2 – 3 minggu, kebul akan tumbuh menjadi burayak dengan panjang 1 – 3 cm dan berat 0,1 – 0,5 gram. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, burayak tumbuh menjadi putihan dengan dengan panjang 3 – 5 cm dan berat 0,5 – 2,5 gram. Tiga bulan kemudian, putihan berkembang menjadi gelondongan yang memiliki berat 100 gram per ekor. Gelondongan ini akan terus tumbuh dan menjadi induk. Induk jantan berukuran 0,5 kg dapat dicapai setelah 6 bulan pemeliharaan, sedangkan induk betina berukuran 1,5 kg dapat dicapai setelah pemeliharaan minimum selama 15 bulan. (BSN. 1999).



2.4.      Pemeliharaan Induk
Keberhailan usaha pembenihan ikan mas rajadanu ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk harus mempertimbangkan ras atau strain ikan yang akan dipelihara. Ciri – ciri calon induk yang baik berbeda-beda untuk setiap ras atau strain. Secara umum ciri-ciri calon induk yang baik sebagai berikut :
Ø      Sehat, tidak cacat, dan tidak luka.
Ø      Umur induk 1.5 – 2 tahun.
Ø      Sisik tersusun dengan teratur.
Ø      Sisik penuh dan normal.
Ø      Kepala relatif kecil dibandingkan badan.
Ø      Ukuran tubuh relatif tinggi dan panjang serta berbadan tebal.
Ø      Perut lebar.
Ø      Pangkal ekor lebar dan kuat.
Ø      Lubang dubur lebih dekat ke ekor. (Gunadi. 2010).

Menurut Sudenda (2008), Ikan mas induk betina dapat dipijahkan setelah berumur 1.5 – 2 tahun, dengan berat mencapai 1.5 kg. Induk jantan mencapai kematangan lebih awal, yakni sekitar 8 bulan dengan berat 0,5 kg lebih.
Induk ikan jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah di kolam-kolam  khusus. Cara ini untuk memudahkan dalam penyeleksian ikan yang akan dipijahkan serta untuk menghindari terjadinya pemijahan liar. Jika memungkinkan yang sudah dipijahkan juga terpisah dari yang belum dipijahkan.
Induk di pelihara terpisah, bertujuan untuk mendapatkan perkembangan gonad dengan baik. Untuk mendapatkan induk matang gonag yang baik, kondisi lingkungan harus baik serta makanan tersedia dengan cukup.keadaan ini dapat dicapai dengan mengatur jumlah induk yang dipelihara disesuaikan dengan intensitas pengelolaan budidaya.

2.5.      Pematangan Gonad
Keberhasilan pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Induk dipelihara dalam kolam pemeliharaan induk selama 1.5 bulan, induk biasanya sudah mengalami kematangan gonad. Bobot induk betina 1.5 – 4 kg / ekor dan induk jantan 0.5 – 2 kg.
Ciri – ciri induk betina yang sudah matang gonad antara lain bagian perutnya tampak besar dan bergelambir jika dilihat dari atas. Perut diraba terasa lembek dan sekitar lubang urogenitalianya tampak memerah dan keluar telur ketika diurut (striping). Induk jantan matang kelamin ditandain dengan keluarnya sperma berwarna putih ketika diurut urogenitalnya. (Suseno. 1999).
Menurut Gunadi (2010), Ciri – ciri telur ikan mas yang sudah matang antara lain ukurannya merata dan berwarna coklat muda atau abu – abu. Telur ikan mas yang berkualitas rendah berwarna putih atau keputih – putihan, karena terlalu muda / terlalu tua. Setelah pembuahan telur masih nampak jernih dan bening, berarti telur tersebut berkembang cukup baik. Sebaliknya telur berwarna putih, pucat atau putih keruh berarti telur tidak menetas / mati. Selanjutnya ciri – ciri sperma ikan mas yang berkualitas unggul, berwarna putih kekuningan, kekentalannya seperti krim susu, kisaran pH sperma 6.8 – 7.6.

2.6.   Seleksi Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan telah dilaksanakan penggunaan induk – induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembuahan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas. (Gunadi, 2010).
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut :
a.   Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor, Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b.   Bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c.   Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih, panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
d.   Sisik tersusun rapi, cerah tidak kusam.
e.   Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor. (BSN, 1999).

Ciri – ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Ø      Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
Ø      Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2.7        Pemijahan Semi Buatan
Pemijahan adalah pertemuan antara ikan jantan dengan betina yang bertujuan untuk pembuahan telur oleh sperma.
Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang berlangsung akibat adanya setengah campur tangan manusi, dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk betina. Pemijahan semi buatan di atur oleh manusia waktu untuk ikan memijah. (Gunawan, 1999).
Pemijahan semi buatan tak sesederhana pemijahan alami. Ada satu pekerjaan yang harus dilakukan, yaitu menyuntik atau memasukan hormon perangsang pada induk betina. Namun tingkat keberhasilannya bisa lebih tinggi. Meski kematangan induk sulit ditentukan secara visual, telur yang ada dalam tubuh dipaksa untuk keluar, hingga terjadi pemijahan. Hambatan dalam produksi masih bisa ditekan. (Gunadi, 2010).
Ada beberapa kekurangan dalam pemijahan semi buatan. Selain memerlukan satu tambahan pekerjaan, juga memerlukan biaya tambahan, yaitu biaya untuk menyediakan hormon perangsang. Hormon perangsang cukup mahal harganya. Untuk membeli ovaprim harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 200.000,- / botol. Untuk membeli ikan mas harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000,- / kg.

2.8        Kualitas Air
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai, mata air, air irigasi, air permukaan, air sumur terbuka, dan air sumur pantek.
Menurut Cahyono (2001), Dari berbagai sumber air tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi.
Sementara air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari kontaminasi biota dan penyakit, tetapi miskin oksigen (O2)  terlarut dan kandungan karbondioksidanya (CO2) cukup tinggi. Air jenis ini harus mendapatkan perlakuan aerasi terlebih dahulu sebelum dipergunakan untuk pembenihan dan pendederan ikan mas. (Gunadi, 2010).
Menurut Gufhran (2007), Kualitas air atau mutu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan dan hewan air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan hidup dengan baik, nafsu makan tinggi, dan tidak mudah terserang penyakit. Sebaliknya, kualitas air yang buruk, ikan tidak dapat hidup dengan baik, nafsu makan rendah, mudah terserang penyakit, mudah setres, dan dapat menimbulkan kematian. Beberapa kriteria kualitas air yang harus dipenuhi dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan mas, tertera pada tabel 1 di bawah ini :












Tabel  1  Parameter Kualitas Air untuk Pembenihan Ikan Mas.
Parameter
Kadar
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen terlarut
Karbondioksida
pH
Amoniak
Alkalinitas
25 – 26 0C
Hijau kecoklatan
20 – 40 cm, oleh plankton
Minimal  3 mg/l
Maksimal 25 mg/l
7 – 7.5
Maksimal 0.1 mg/l
50 – 300 mg/l

Sumber : Gufhran, at.al. 2007.

2.9  Hama dan Penyakit
2.9.1  Hama
Hama dikenali juga sebagai predator atau pemangsa yang hidup di air dan di darat. Ukuran hama lebih besar dari pada mangsanya. Jenis hama umumnya menyerang ikan mas adalah biawak, ular, linsang, kodok dan beberapa jenis burung (misalnya burung belekok, kuntul, dan bangau).
Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanis, yakni membunuh langsung hama yang ditemukan di tempat pemeliharaan ikan. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah memasang perangkap dan melokalisir seluruh area kolam dengan pagar tembok sehingga hama tidak dapat masuk. (Afrianto, 1992).
Selain hama berukuran besar, ada juga sekelompok hewan air (hama) berukuran kecil yang dapat memangsa benih ikan mas di kolam pembenihandan pendederan. Beberapa hewan air (hama) yang sering menyerang benih ikan mas adalah ucrit, notonecta, dan kini – kini.
Pencegahan hama ucrit dilakukan dengan cara memasang saringan di pintu pemasukan air dan padat penebarannya tidak terlalu tinggi. Hama notonecta dilakukan dengan cara memasang saringan di pintu pemasukan air, cara lain dapat dikendalikan dengan memercik minyak tanah kepermukaan air sebanyak 0.5 liter / 50 m2 luas permukaan air kolam. Selanjutnya pencegahan hama kini – kini dilakukan dengan cara padat penebaran tidak terlalu tinggi. (Muharam, 2009).

2.9.2  Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan mas ada dua, yakni jasad hidup dan bukan jasad hidup. Jasad hidup yang menyebabkan penyakit pada ikan adalah parasit. Parasit yang menyerang ikan mas adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, cacing dan udang renik. Selanjutnya penyebab penyakit yang bukan termasuk jasad hidup adalah sifat fisika air, kimia air, dan pakan yang kurang baik untuk pertumbuhan atau kehidupan ikan mas. (Afrianto, 1992).
Menurut Kordi (2004), Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan mas sebagai berikut :
1.      Ichthyophthirius multifillis
Penyakit ini dikenal dengan sebutan bintik putih atau white spot. Sering menyerang ikan mas dengan cara bersarang di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan insang. Ciri ikan yang diserang white spot adalah banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, dan pertumbuhannya lambat. Ikan mas yang terserang penyakit ini bisa diobati dengan cara merendam dalam larutan Methylene Blue. Jika Methylene Blue sulit didapat, bisa digantikan dengan larutan garam dapur (NaCl) sebanyak 1 – 3 gr untuk setiap 100 ml air bersih. Lama perendaman yang dianjurkan 5 – 10 menit dan perendaman diulang hingga 2 – 3 kali.
2.      Lernea
Parasit lernea berbentuk seperti cacing dan hidup dalam tubuh ikan mas dengan cara memasukkan kepalanya yang berbentuk jangkar ke tubuh ikan. Parasit ini mudah sekali berkembang biak pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik, seperti sisa – sisa pemupukan, sampah, dan sisi – sisa pakan. Pertumbuhan ikan mas yang terserang lernea akan lambat dan tubuhnya menjadi kurus. Pengobatannya dengan cara merendapkan dalam 2.5 ml larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit, selanjutnya ikan di pelihara dalam air bersih dan mengalir.

3.      Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan mas. Tanda ikan mas yang diserang oleh parasit ini antara lain ikan melompat – lompat dan berenang di permukaan air karena insangnya dirusak oleh parasit. Tubuh ikan banyak mengeluarkan lendir, dan warna tubuhnya menjadi pucat. Tindakan pengobatan untuk ikan mas yang terserang parasit ini adalah merendamkan dalam larutan forrmalin (25 ppm atau 2,5 ml larutan formalin yang dicampur dengan 100 liter air bersih). Lama perendaman yang diajurkan adalah 10 menit. Selain formalin, obat – obatan lain yang bisa digunakan adalah garam dapur 20 gr/100 ml, Neguvon 2 – 3,5 %, dan kalium permanganat o,o1 gr/100 ml air.
4.      Bakteri Aeromonas
Ada dua spesies aeromonas yang menyerang ikan mas, yakni Aeromonas punctata dan Aeromonas hydrophilla. Ciri – ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna tubuh ikan berubah menjadi gelap dan kulitnya kasar karena kehilangan lendir. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara perendaman ikan dalam larutan Tetracylin atau Kemicitine dengan mencampurkan 500 liter air bersih. Ikan direndam selama 2 jam, dan pengobatan dilakukan sebanyak 3 – 5 kali berturut – turut selama 3 – 5 hari.













III.  METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1        Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari sampai dengan 14 Maret 2012 Di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD–BAT) Jantho Baru, Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.

3.2        Alat dan Bahan
3.2.1  Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) secara semi buatan di UPTD–BAT Jantho Baru, dapat dilihat pada table 2 sebagai berikut :

Tabel  2 Alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Alat
Satuan
Fungsinya
Jaring
Plastik Packing





Timbangan

Spuid


Hapa





Batu


Kakaban

Bak Fiber



Jangkar Empat  Persegi / Mal

Thermometer
pH pen
DO meter
Soil tester
Grek
Timba

Gayung
Kain Kasa

Cangkir
Sendok Makan

Waring
Serok


Sterefom
Mesin Pengering Air


Tabung Oksigen

Karet
M
Kg





Kg

Ml


M





Unit


Kg

M



Cm

0C

Mg /L

Unit
Unit

Cm
Unit

Unit
Cm

Cm
Cm


Unit
Kg


Kg

Kg
-   Untuk menangkap induk ikan.
-   Untuk memudahkan pemindahan induk dari kolam pemeliharaan induk ke bak penampungan sementara sebelum di pijahkan, dan untuk memudahkan pengangkutan benih ikan.
-   Untuk menimbang berat induk sebelum di pijahkan.
-   Untuk memudahkan memasukan hormon peransang (ovaprim) pada induk
-   Hapa ini banyak digunakan dalam kegiatan pemijahan, salah satunya  untuk wadah penetasan telur dan pemeliharaan larva setelah menetas. Penggunaan hapa agar memudahkan dalam pemanenan larva.
-   Sebagai pemberat yang diletakkan dalam hapa penetasan telur dan pemeliharaan larva.
-   Sebagai subtrat penempelan telur ikan mas.
-   Sebagai penampungan induk sementara, sebelum dipijahkan dan sebagai tempat melarutkan MG (melachite green) saat treatmen telur.
-   Sebagai alat mempermudahkan perhitungan telur ikan mas.
-   Untuk mengukur suhu air.
-   Untuk mengukur pH air.
-   Untuk mengukur oksigen terlarut.
-   Untuk mengukur pH tanah.
-   Untuk mengangkat kapur dan pupuk.
-   Untuk wadah pemberian pakan dan wadah melarutkan lebaycid.
-   Untuk menyiram kapur dan lebaycid.
-   Untuk menyaring suspensi kuning telur.
-   Untuk wadah suspensi kuning telur.
-   Untuk memudahkan penuangan suspensi kuning telur.
-   Untuk menangkap benih ikan mas.
-   Untuk menangkap benih serta memudahkan dalam perhitungan benih.
-   Untuk menampung induk dan benih.
-   Untuk mengeringkan air kolam saat air di saluran pembungan melebihi saluran pengeluaran air kolam
-   Untuk stok suplay oksigen pada benih pengankutan.
-   Untuk mengikat plastik packing.

Sumber : UPTD – BAT  Jantho Baru, 2012.

3.2.2  Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) secara semi buatan di UPTD–BAT Jantho Baru dapat dilihat pada table 3 berikut ini :

Tabel  3   Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan mas rajadanu secara semi buatan.
Bahan
Satuan
Fungsinya
Pakan Pelet  Type T 79 – 2 P

Pakan Pelet  Type 888

Induk Jantan dan Betina

Ovaprin
MG (Melachite Green)

Telur Ayam (Suspensi Kuning Telur)

Kapur Tohor (CaO)


Pupuk Kandang

Lebaycid

Pakan Pelet Type 789

Pakan Tepung Type 9001


Pakan Pelet Type FF 999
Kg

Kg

Kg

Ml
PPM

Butir


Kg


Kg

Ml

Kg

Kg


Kg


-   Untuk pakan induk masa awal produksi (Turbo Feed).
-   Untuk pakan induk masa awal produksi (Bintang).
-   Untuk di pijahkan dan menghasilkan benih.
-   Untuk ransangan ovulasi.
-   Untuk mencegah terserangnya jamur pada telur ikan mas.
-   Untuk pakan larva ikan mas baru menetas setelah kuning telur pada larva habis.
-   Untuk menetralkan pH tanah serta membasmi hama dan penyakit dalam kolam.
-   Untuk menyuburkan / menumbuhkan pakan alami dalam kolam .
-   Untuk membasmi sisa hama dan penyakit dalam kolam.
-   Untuk pakan induk masa awal dan akhir produksi (Hi-Pro-Vite).
-   Untuk pakan larva setelah di pindahkan ke kolam pendederan (Central Proteinaprima).
-   Untuk pakan benih berukuran 3 – 5 cm (Hi-Pro-Vite).


Sumber : UPTD – BAT  Jantho Baru, 2012.


3.3        Metode Pengumpulan Data
Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode pengamatan langsung (mengamati setiap kegiatan yang dilakukan), metode deskriptif (memberikan gambaran secara lengkap), dan partisipasi aktif (terlibat langsung dalam setiap kegiatan). Penggumpulan data di peroleh dari data primer dan data skunder. Data primer di peroleh dari penggamatan langsung dilapangan, dan gambaran – gambaran dilapangan, serta melakukan setiap kegiatan dilapangan. Data skunder di peroleh dari informasi serta wawancara dengan staf atau karyawan yang terkait di dalamnya dan studi pustaka.

3.4        Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan ialah sebagai berikut :
1.      Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam induk secara terpisah. Pakan induk diberikan 4 % perhari dari bobot induk dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Pakan diberikan dengan selang waktu 5 jam sekali.

2.      Pematangan Gonad  
Proses pematangan gonad dilakukan dengan memberikan pakan secara rutindan teratur. Jenis pakan yang diberikan adalah pelet terapung dan tenggelam dengan Tipe T 79 – 2 P dan 888.
3.      Seleksi Induk
Induk sebelum dipijahkan, di lakukan seleksi induk jantan dan betina. Penyeleksian induk bertujuan untuk memilih induk yang matang gonad, atau siap pijah. Seleksi induk dilakukan dalam hapa penampungan sementara, induk yang tidak matang gonad di kembalikan / dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk.
4.      Pemijahan Secara Semi Buatan
Pemijahan ini dilakukan dengan cara perangsangan hormon ovavim. Induk disuntik dengan hormon ovaprim, yang dilakukan pada jam 10 malam dengan dosis 0.5 ml / kg induk betina, pemijahan terjadi 8 – 10 jam setelah penyuntikan.
5.      Penanganan Telur
Kegiatan penanganan telur dilakukan untuk mendapatkan hasil penetasan telur yang baik.
6.      Pemeliharaan Larva
Larva di pelihara dalam hapa penetasan telur. Selanjutnya telur menetas menjadi larva selama 2 hari larva tidak diberi pakan, karena larva yang baru menetas masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan makanan. Setelah kuning telur habis larva diberi suspensi kuning telur selama 3 hari, pemeliharaan larva dalam hapa penetasan selama 5 hari, selanjutnya disebut benih lepas hapa.
7.      Pemanenan Larva
Larva dipelihara selama 5 hari dalam hapa penetasan telur yang diberi pakan suspensi kuning telur. Kegiatan pemanenan larva dilakukan pada jam 07.pagi, larva di panen dengan cara menggulung hapa sedikit demi sedikit ke suatu sudut dan disiram dengan air. Selanjutnya larva di tebar dalam kolam pendedran dengan padat tebar 80 – 100 ekor / m2, atau disesuaikan dengan luas kolam pendederan.
8.      Pemberian Pakan Larva
Larva berumur 10 hari, mulai diberikan pakan buatan berbentuk tepung pellet type 9001, yang diberikan pada pagi dan sore hari dengan frekuensi pemberian 300 gram / 3 ons untuk 100.000 ekor larva.
9.      Pengukuran Kualitas Air
Kegiatan pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam induk, bak pemijahan,  bak penetasan telur, dan kolam pendederan. Kualitas air diukur pada pagi, siang dan sore hari, parameter yang diukur adalah Suhu 23 – 27 0C, Do 6 – 7 ppm, dan pH 7 – 8.
10.  Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dilakukan dengan cara memasang perangkap (untuk jenis hama biawak, ular, burung, dan berang-berang, melakukan pemungutan dan merusak (untuk hama jenis keong mas, telur keong mas, kodok dan telur kodok), penyiraman lebaycid (untuk jenis hama dan penyakit ucrit, larva cybister, notonecta, jamur, bintik putih, lernea dan aeromonas).

















IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
4.1.1    Profil Instansi Tempat Pelaksanaan PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar Jantho Baru merupakan Balai Benih Ikan Berkualitas dan juga meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar serta mensejahterakan dan maju, dalam bidang keamanan pangan, ramah lingkungan dan mampu telusur.
Meningkatkan Profesionalisme Pembenihan Ikan Air Tawar yang berkualitas dan peningkatan produksi benih. Menyelenggarakan praktek dan pembinaan petani ikan, serta mahasiswa-mahasiswi, siswa-siswi dalam rangka penigkatan SDM Perikanan di Provinsi Aceh, sebagai Pusat Penelitian Perikanan Air Tawar dan menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pelaksanaan restocking dan membantu Penyuluhan Perikanan Air Tawar yang maju dan mampu bersaing.(UPTD-BAT, 2012). Data Primer.








Gambar  2  Kantor UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).

1.   Keadaan Umum Lokasi PKL
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan dan diresmikan pada Tahun 2003 oleh Bupati Aceh Besar. Latar belakang berdirinya Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru Demi Kebutuhan Bibit Ikan Air Tawar bagi pembudidaya. Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru didirikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Besar.
Tujuan didirikan UPTD-BAT Jantho Baru adalah untuk menyediakan benih ikan air tawar. Selain itu, UPTD-BAT Jantho Baru juga sebagai tempat mengadaptasi teknologi dan sebagai tempat pendidikan serta pelatihan.
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di ketinggian 400 meter diatas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan rata-rata 262 ml / hari dan rata-rata 94320 ml / tahun, dengan curah hujan tertinggi pada bulan September dan bulan Desember. Jarak tempuh UPTD-BAT Jantho Baru dengan Kota Jantho ± 4 km dan dengan Kota Banda Aceh ± 55 km. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
F:\Foto\IMG_0452.JPG








Gambar  3  Lokasi UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).

2.      Letak Geografis dan Keadaan Sekitarnya
Letak Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru terletak di Desa Jantho Baru – Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dengan keadaan sekitarnya sangat mendukung.
UPTD-BAT Jantho Baru terletak antara 5,20 – 5,80 Lintang Utara dengan 95,00 – 95,80 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1.      Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.
2.      Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie.
3.      Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
4.      Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
3.      Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 12 orang yang terdiri dari Kepala UPTD-BAT, Bagian Tata Usaha, Sub Seksi Produksi, Sub Seksi Distribusi, Bagian Teknisi Lapangan dan Bagaian Musalla serta kebersihan, dengan jenjang / tingkat pendidikan S2 sebanyak 1 orang, S1. 4 orang, D3. 2 orang, SMA. 3 orang dan tingkan SMP. 2 orang. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja UPTD-BAT Jantho Baru adalah sebagai berikut :














Diagram  4  Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja (Data Primer).

4.      Badan Usaha dan Permodalan
Unit Pelasana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru berbentuk Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah (BUMPD). Semua urusan keuangan dan modal usahanya diurus dan dikelola oleh Pemerintah Daerah. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.

4.1.2        Sarana Pembenihan Ikan Mas
Sarana pemijahan ikan mas rajadanu (Cyprinus carpio) di UPTD-BAT Jantho Baru meliputi :
1.      Kolam Induk
Kegiatan pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam induk dengan berukuran 12 x 25 m, yang berjumlah 2 unit.
2.      Bak Pemijahan
Kegiatan pemijahan dilakukan dalam bak pemijahan dengan ukuran 3 x 4 m, yang berjumlah 2 unit.
3.      Kakaban
Merupakan subtrat penempelan telur ikan mas, terbuat dari ijuk yang dijepit papan atau bambu. ukuran kakaban dengan panjang 80 cm dan lebar 30 cm.
4.      Hapa
Happa merupakan kantong berbentuk segiempat, digunakan untuk menetaskan telur ikan mas bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan larva dan bersih.
5.   Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang berat induk yang dipijahkan. Peninbangan induk bertujuan untuk mengetahui dosis hormon penyuntikan.
6.   Spuit  atau jarum suntik
Jarum suntik digunakan untuk menyuntik hormon pada induk ikan mas rajadanu yang sudah matang gonad.
7.   Hormon Ovaprim
Ovaprim digunakan untuk merangsang induk ikan mas rajadanu yang sudah matang gonad untuk dilakukan pemijahan.
9.   Steroform
Wadah yang digunakan untuk menampung induk saat membawa induk ke bak pemijahan dari kolam pemeliharaan induk
10. Fiber
Merupakan wadah yang digunakan untuk merendam telur ikan mas rajadanu saat treatmen telur.
11. Gayung
Gayung digunakan untuk memanen larva.
12. Timba
Merupakan wadah penampungan larva saat di panen dan ditebarkan dalam kolam pendederan. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.

4.1.3        Pengairan
1.      Sumber Air
Sumber air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, bersumber dari Bendungan Sungai Jantho dialiri melalui saluran Irigasi Teknis. Jarak sumber air 3 km dari UPTD-BAT Jantho Baru. Air ditampung dan diendapkan dalam bak pengendapan melalui pipa paralon yang berukuran 7 inc sebelum di masukkan ke dalam kolam. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.




















Gambar  5  Sumber Air UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).

Menurut Arie (2009), air adalah media hidup ikan. Agar ikan hidup baik, kebutuhan air untuk ikan mas harus berkualitas baik, cukup dan kontinyu. Ada beberapa sumber air untuk ikan mas, diantaranya sungai, kali atau solokan, dan saluran irigasi.
Sungai adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan dengan debit air sungai sangat besar diatas 100 liter / detik, terutama pada musim hujan. Sebelum dialirkan ke kolam, sungai harus dibuat bendungan. Bendungan harus kuat, dengan pintu airnya. Pembuatannya bendungan sungai membutuhkan biaya yang besar. Sehingga sangat cocok untuk usaha berskala besar, dengan jumlah puluhan kolam. Secara ekonomis, menjadi perhitungan dalam melakukan kegiatan budidaya. Selanjutnya kolam yang di buat tidak bisa hanya 5 atau 10 kolam budidaya, karena akan mengalami kerugian minial 50 atau 100 kolam yang di buat.
Kali atau selokan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan debit air yang tidak besar sekitar 10 liter / detik. Sumber air yang berasal dari kali atau selokan tidak membutuhkan biaya besar, bahkan tidak memerlukan biaya. Bendungan yang dibuat di selokan dapat dibuat dengan gundukan batu atau tanah. Sumber air ini hanya cocok untuk usaha skala 5 atau 10 kolam.
Irigasi adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan lebar rata-rata 3 m. Air irigasi berasal dari sungai yang di bendung, serta pintu airnya. Air irigasi lebih baik digunakan untuk budiday perikanan skala sedang. Pengairan irigasi lebih efisien dan membutuhkan sedikit biaya. (Muharam. 2009).

2.   Kualitas Air
Kualitas air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, Suhu air berkisar antara 23 – 27 oC, pH air 6 – 7, dan DO 6 – 7 mg/l, dengan debit air 200 liter / detik. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.








Gambar  6  Alat Pengukuran Parameter Kualitas Air UPTD-BAT Jantho Baru
(Data Primer).
Menurut Muharam (2009), kualitas air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, dan biota air lainnya. Kualitas air yang baik, ikan akan hidup dengan baik dan pertumbuhannya cepat, nafsu makan tinggi dan tidak mudah terserang penyakit. Kualitas air baik akan memacu perkembangbiakan yang cepat dan rentang waktu kematangan gonad (recorvery) relatif singkat. Secara umum kualitas air harus bernilai parameter baik.
Kriteria parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel  4  Parameter kualitas air yang baik untuk pembenihan ikan mas
Parameter Kualitas Air
Nilai Batas
Residu padat terlarut total
Padatan tersuspensi
Kekeruhan
Suhu

Oksigen terlarut


Karbondioksida
pH
Alkalinitas (CaCO3)
Kesadahan total (CaCO3)
Amonia total
Nitrit
Pestisida organoklor
Pestisida organofosfat
Maksimum 2.000 mg/l.
Maksimum 400 mg/l.
Maksimum 50 JTV.
26 – 28 0C.
(fluktuasi normal sekitar 4 0C).
Lebih besar dari 2 mg/l.
Kandungan minimum 6 mg/l tidak boleh terjadi selama 8 jam berturut-turut.
0 – 12 mg/l.
6,5 – 8,5.
Minimum 20 mg/l.
Minimum 20 mg/l.
Maksimum 0,02 mg/l.
Maksimum 0,1 mg/l.
Maksimum (0,01 x LC50–96 jam) mg/l.
Maksimum (0,03 x LC50–96 jam) mg/l.

Sumber : Muharam, C. 2009.

3.   Bak Pengendapan
Bak pengendapan terbuat dari beton berbentuk persegi panjang, berukuran 5 x 7 x 2 m dan kemiringan 450 dengan filter batu berpasir. Bertujuan untuk mengendapkan sedimen partikel kecil dan hama yang dibawah / diangkut air, seperti lumpur, pasir, telur ikan liar yang tidak bersifat menempel, larva ikan liar, dan keong mas. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.












Gambar  7  Bak Pengendapan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).

Menurut Arie (2009), Bak pengendapan air dibuat dengan tujuan untuk menyaring partikel-partikel yang di bawa air. Bak pengendapan dibuat berbentuk zig-zag dengan sekat-sekat dari beton. Adanya sekat menyebabkan partikel kecil seperti lumpur mengendap di sudut sekat sehingga air yang masuk ke kolam bersih.

4.   Saluran Pemasukan dan Pengeluaran Air
Bentuk saluran pemasukan - pengeluaran air di Unit Pelaksana Tehnis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru, berbentuk paraler dan bentuk pintu pemasukan - pengeluaran air terbuat dari paralon. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Menurut Susanto (1999), Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam mendapatkan air baru atau air yang sudah dialirkan tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang baik, karena kualitas air kolam dapat terjaga. Selanjutnya, sistem ini mudah dalam pengelolaannya, satu kolam dipanen tidak mengganggu kolam yang lain.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi. Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paralon. (Susanto, 1999).

4.1.4        Konstruksi Kolam dan Bak Ikan Mas Rajadanu
1.      Kolam Induk
Konstruksi kolam induk terbuat dari beton dengan alas tanah, jenis liat berpasir perbandingan tanah liat dan pasir 3 : 2. Kolam berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 12 x 25 m dan kedalaman 1 m, kolam induk berjumlah 4 unit, masing-masing induk, jantan dan betina di pelihara secara terpisah. Bertujuan untuk mencegah terjadinya perkawinan atau pemijahan ilegal, sehingga terjadi penerunan kualitas produksi benih. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.














Gambar  8  Konstruksi Kolam Induk UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).


2.      Bak Pemijahan
Bentuk bak pemijahan empat persegi terbuat dari beton, sehingga mudah dalam pengeringan dan pengisian air, dengan ukuran 3 x 5 m, kedalam 70 cm dan ketinggian air rata-rata 60 cm. Bak dikeringkan sebelum digunakan selama 2 – 3 hari untuk merangsang atau mempercepat proses pemijahan. Bak Pemijahan Ikan Mas yang ada di UPTD-BAT Jantho Baru sebanyak 1 Unit.
Bak penetasan telur ikan mas adalah bak yang digunakan untuk memijahkan induk dengan menggunakan hapa, bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan larva ikan mas. Setelah induk memijah, telur ikan mas menepel / melekat (adesif) pada kakaban, induk dipindahkan kekolam induk, dan telur ditetaskan di dalam kolam pemijahan dengan menggunakan hapa. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.









Gambar  9  Kontstuksi Bak Pemijahan UPTD-BAT Jantho Baru (Data Primer).

Menurut Suseno (1999), Untuk kegiatan pemijahan ikan mas wadah yang digunakan adalah bak pemijahan berukuran 3 x 5 m dan kedalaman 70 cm, dengan bentuk persegi panjang. Bak pemijahan yang digunakan, sebelumnya dibersihkan dan dibilas dengan air, selanjutnya dijemur untuk menghilangkan jamur-jamur dan bakteri yang masih menempel. Air merupakan media yang sangat penting bagi budidaya ikan. Untuk itu perlu disediakan air yang sangat bersih dan steril. Air yang digunakan untuk pemijahan ini adalah air yang berasal dari air irigasi yang sudah diendapkan selama 24 jam, karena kemungkinan air tersebut mengandung zat-zat yang beracun yang akan mengakibatkan gangguan pemijahan ikan mas. Air yang diendapkan di masukkan dalam bak pemijahan dengan menggunakan pintu pemasukan air dengan ketingian 60 – 70 cm.
Setelah air dimasukkan, selanjutnya dilakukan pemasangan kakaban, sebagai subtrat penempelan telur ikan mas, jika kakaban (ijuk) sulit ditemukan di lokasi dan daerah budidaya perikanan bisa digantikan dengan tali rafiah. Subtrat yang di buat dari tali rafiah disisri dengan rapi dan di jepit dengan dua bilah kayu atau bambu. Selajutnya di pasangkan dalam kolam pemijahan ikan mas. (Muharam, 2009).

4.2       Pembenihan
4.2.1        Pemeliharaan Induk
Kegiatan Pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk yang baik, harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan mas yang di jadikan calon induk. Pemeliharaan induk sangat perlu dijaga, demi ke langsungan produksi benih berkualitas unggul. Induk dirawat dengan cara pemberian pakan secara rutin dan cukup, pengontrolan kualitas air, serta pengendalian hama dan penyakit. (UPTD-BAT, 2012). Data Primer.
Induk betina dan jantan dipelihara terpisah. Pemeliharaan dilakukan dalam kolam induk sampai matang gonand atau siap untuk dipijahkan, kriteria pemeliharaan induk betina dan jantan dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 berikut ini.

Tabel 5 Kriteria Pemeliharaan Induk Betina Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio).
Betina
Ø      Umur
Ø      Bobot
Ø      Wadah Pemeliharaan
Ø      Padat Tebar
Ø      Pakan
Ø      Dosis Pakan
Ø      Recovery Gonad
Ø     1,5 – 2 tahun
Ø     > 2 kg
Ø     Kolam induk / bak induk
Ø     1 ekor / m2
Ø     Pellet (Protein 28 – 30 %)
Ø     2 – 3 % berat badan / hari
Ø     2 – 3 bulan

Sumber: UPTD-BAT Jantho Baru, 2012






Tabel  6   Kriteria Pemeliharaan Induk Betina Ikan Mas Rajadanu (Cyprinus carpio).